Beberapa kelompok menyatakan bahwa LGBT adalah kelompok yang menjadi penular HIV di Indonesia. Bahkan kelompok-kelompok tersebut mencoba melegalkan argumen mereka dihadapan hukum melalui proses Judicial Review Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang dilakukan oleh Aliansi Cinta Keluarga (AILA). AILA menyatakan bahwa homoseksual menjadi kelompok yang paling menularkan HIV.
Masih banyak sekali persepsi di masyarakat yang keliru mengenai orientasi seksual dengan perilaku seksual. Banyak orang yang menyamaratakan orientasi dengan perilaku, yang padahal keduanya adalah hal yang benar-benar berbeda. Orientasi seksual adalah ketertarikan secara emosional dan/atau seksual dengan orang lain,baik sesama jenis, ataupun lawan jenis, atau dengan manusia dengan jenis lainnya. Sementara perilaku seksual adalah tindakan yang melibatkan organ seksual yang didasarkan oleh keinginan.
Yang perlu diperhatikan adalah, orientasi seksual hanya sekedar ketertarikan, sementara perilaku seksual adalah tindakan.Orientasi seksual bisa dalam bentuk homoseksual (ketertarikan sesama jenis), homoseksual (ketertarikan lawan jenis), biseksual (ketertarikan dengan sesama dan lawan jenis), dan panseksual (ketertarikan bukan didasarkan pada gender tertentu) atau bahkan aseksual sekalipun.
Sementara itu, perilaku seksual bisa berupa perilaku yang melibatkan tindakan seksual antara dua atau lebih individu. Misalnya perilaku seksual yang melibatkan laki-laki dan perempuan. Kemudian ada juga perilaku seksual yang melibatkan sesama laki-laki atau perempuan. Namun perilaku ini tidak melulu dilatar belakangi oleh orientasi. Misalnya kondisi di dalam penjara, banyak kasus lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) yang tidak melibatkan ketertarikan sama sekali. Dan perilaku seksual lah yang menyebabkan penularan HIV. Apalagi jika perilaku seksual yang beresiko dengan tidak menggunakan kondom.
Oleh karena itu, bukan hanya perilaku seksual para homoseksual yang bisa menyebarkan HIV. Namun perilaku seksual para heteroseksual juga bisa menularkan HIV. Bahkan menurut data yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan tahun 2014 lalu menunjukkan bahwa infeksi tertinggi terjadi pada perilaku heteroseksual dibanding perilaku homoseksual. Bahkan, 57% infeksi HIV terjadi di ibu rumah tangga.
Infeksi yang tinggi di kalangan ibu rumah tangga ini terjadi karena suami mereka menjadi kelompok pelanggan pekerja seks. Ketika suami melakukan hubungan seks tidak aman dengan pekerja seks atau orang lain, maka kecenderungannya akan menularkan kepada istrinya.Penularan HIV bukan hanya terjadi karena perilaku seks yang beresiko. Selain itu juga bisa disebabkan karena penggunaan jarum suntik yang bergantian dan penularan dari ibu ke bayi.
Bahkan faktanya, 41% atau hampir setengahnya dari pengguna jarum suntik terinfeksi HIV. Dan pengguna jarum suntik sendiri bukan hanya dari kalangan LGBT, namun banyak juga dari kalangan heteroseksual.Ini artinya LGBT tidak bisa dikatakan menjadi penyebab penularan HIV di Indonesia. Pun jika ditelisik, kelompok lesbian sangat rendah risiko terinfeksi HIV dibanding dengan kelompok lainnya.
Sumber: Brondongmanis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar